Indonesia
adalah bangsa yang besar, yang terkenal akan budayanya yang ramah kepada
setiap pendatang. Negara dimana asas saling menghormati dijunjung
tinggi. Inilah negara dimana orang-orangnya saling toleran dan senan
tiasa menjunjung tinggi kebersamaan.
Mungkin
itulah gambaran bangsa Indonesia beranad-abad yang lalu., sehingga
bangsa barat ingin menguasai negara ini, negara yang selain
orang-orangnya sopan, juga memiliki sumberdaya alam yang tak terkatakan.
Berubah seratus delapan puluh derajad. Saat ini bangsa ini mngalami
kemunduran yang luar biasa dalam bidang tatakrama dan sopan santun, yang
sebenarnya justru itulah yang seharusnya menjadi ciri khas bangsa ini,
kini hilang digerogoti oleh teknologi dan kemajuan jaman.
Indonesia
sudah merdeka sejak tahun 1945, merdeka dari para penjajah, benarkah
itu? Kini secara tidak dsadar bangsa ini kembali dijajah, dijajah
secara moral sehingga terkikis kebudayaan-nya, sehingga banyak orang
dari bangsa ini lupa akan jati dirinya. Mereka melupakan kebudayaan
dasarnya, yaitu kebudayaan yang bukan hasil karya semata melainkan hasil
dari hati nurani bangsa ini yaitu tatakrama.
Banyak para
pemuda saat ini yang tidak lagi mempeerhatikan masalah tatakrama. Hal
ini terbukti dengan banyaknya para pemuda yang tidak tahu tentang cara
bersikap dengan orang secara baik dan benar, cara bertutur kata yang
baik, dan cara berperilaku yang semestinya dilakukan oleh kawula muda.
Jatidiri bangsa ini sudah mulai terkikis oleh jaman sehingga menimbulkan
dampak yang besar seperti saat ini. Hal ini diperburuk lagi dengan
tidak pedulinya para kawula muda tentang pentingnya tatakrama dan sopan
santun dalam kehidupan.
Rumusan masalah.
- Anak-anak jaman sekarang kurang peduli tentang tatakrama dan sopan santun.
- Banyak pemuda saat ini yang kurang memiliki etika.
- Lunturnya jati diri bangsa.
- Budaya bangsa yang di klaim oleh bangsa lain.
Pembahasan.
Pada
dasarnya orang tua sangat berperen penting dalam pembentukan etika pada
anak. Dan orang tua pula dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai
tersebut. Namun mengajarkan etika tidak bisa dilakukan hanya satu hari.
Hal ini membutuhkan proses yang cukup panjang dan haris dilakukan secara
konsisten dan berkesinambungan. Hal tersebut adalah suatu langkah awal
untik membentuk suatu generasi yang sadar diri terhadap tatakrama dan
sopan santun.
Kebanyakan
dari anak-anak kurang minat mengenai pelajaran yang behubungan dengan
sopan santun dan tatakrama. Anak-anak lebih menyukai pelajaran yang
mengandung tegnologi dan bersifat modern. Situasi yang banyak terjadi
adalah ada seorang anak yang sangat pandai dalam kemampuan akademisnya,
namun dalam hal bergaul ia kurang pandai, bahkan ia lebih suka
menyendiri daripad bermain dengan temn-temannya. Dari hal itubisa kita
lihat bahwa orang yang pandai belum tentu pandi dalam bergaul, uraian di
atas hanyalah contoh dalam pergaulan anak dengan teman-temannya. Bisa
dibayangkan bagaimana bila bukan hanya bergaul dengan teman sebaya,
tetapi harus masuk ke lingkungan yang lebih besar yaitu dalam
masyarakat, yang terdiri dari banyak orang dalam berbagai tingkat sosial
yang berbeda-neda dan usia yang berfareasi. Padahal kelak anak
tersebut akan terjun kedalam dunia tersebut.
Inilah suatu
gambaran mengenai kurang pedulinya para kawula muda dalamberlaku
tatakrama dan sopan santun dalam kehidupanya. Bila permasalahan tersebut
terjadi pada orang yang sudah dewasa maka akan sangat sulit untuk
diperbaiki, lain critanya bila sejak kecil anak-anak sudah diberi
pelajaran dan bimbingan mengenai tatakrama damn sopan santun. Karena
dalam masa anak-anak orangtuanyalah yang paling dekat dengan anak
tersebut. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar kelak
anak menjadi cerdas dalam bertatakrama:
- Orang tua sebagai model.
Sekali lagi,
pembentukan perilaku sopan santun sangat dipengaruhi lingkungan. Anak
pasti mencontoh perilaku orang tua sehari-hari. Tidak salah kalau ada
yang menyebutkan bahwa ayah/ibu merupakan model yang yepat bagi
anak-anak. Di sisi lain, anak dianggap sebagai sosok peniiiiru ulung.
Lantaran itu, orangtua sebaiknya selalu menunjukan sikap sopan santun.
Dengan begitu, anak pun secara otimayis akan mengadopsi tatakrama
tersebut. Perlu diketahui, pola pengajaran bertatakrana tentunya tidak
semata berupa nasihat, akan tetapi juga perlu contoh.
- Mulai dari kecil.
“Pengajaran”
tatakrama sebaiknya dimulai dari kehidupan sehari-hari dan dari hal
yang kecil. Anak dikenalkan mengenai aturan-aturan atau adab sopan
santun. Kelak kebiasaan-kebiasaan baik yang kadang luput dari perhatian
ini akan terus dilakukan hingga ia besar.
- Jelaskan tujuanya.
Mengajak
atau mengajarkan anak bersopan santun tidak perlu dengan cara keras.
Namun diupayakan dengan kelembutan sehingga anak betul-betul memahami
maksud dan tujuan beretiket, pada umumnya anak yang baik dan bisa
menghargai orang lain adalah anak yang tahu sopan santun. Sebagai sebuah
proses, bagaimanapun orangtua perlu sabar hingga anak mengerti dan
menerapkanya.
Bila
perkara-perkara tersebut dilaksanakan atau setidaknya diterapkan dalam
kehidupan berkeluarga, munculnya pemuda yang tidak memiliki etika dapat
dihindari. Namun apabila orang tua kurang memperhatikan anaknya, maka
hal itu akan sangat mudah terjadi. Para pemuda yang tidak memiliki
etika akan sangat membahayakan masa depan bangsa ini. Pemuda adalah
tulang punggung negara, maka apabila hal diatas terjadi maka masa depan
bangsa ini akan menunggu waktu akan kehancurannya.
Hal kecil
yang sangat disayangkan yaitu bahwa orang tua semata-mata hanya
menyalahkan para kawula muda, apabila terjadi suatu tindakan yang kurang
baik maka kawula mudalah yang akan menjadi kambing hitanmya. Pada
dasarnya semua hal yang terjadi adalah tanggungjawab semua pihak, yaitu
orang tua dan pemuda.
Permasalahan
yang sering muncul adalah banyak dri orang tua yang selalu merasa benar
dan selalu ingin dihormati dan mengabaikan kreaatifitas serta potensi
yang dimiliki anak muda. Hal ini menimbulkan bebagai persoalan khususnya
di dunia anak muda. Yang lebih parah lagi bukan hanya orang tua yang
memiliki anggapan buruk, tetai kawula muda pun juga memiliki anggapanya
sendiri. Yaitu bahwa anak muda juga merasa tudak dihargai dimata orang
tua. Hal ini merupakan salah satu faktor yang memicu munculnya para
pemuda yang kurang beretika.
Uraian
diatas merupakan persoalan kecil yang tidak setiap orang menyadarinya.
Dari persoalan kecil tersebut akan menimbulkan masalah yan lebih besar,
yaitu munculnya generasi yang tidak memiliki nilai tatakrama dan sopan
santun serta etika yang baik. Bila hal ini dipertanyakan kepada kedua
belah pihak yaitu antara pemuda dan orang tua, maka jaabannya akan
singkron saling menyalahkan. Sesungguhnya inilah hal penting yang harus
diperhatikan saat ini, yaitu saling mernadari bahwa kita harus saling
menghargai dan menghormati antara pemuda dan orang tua. Bila sikap
saling menghormati dan menghargaidapat dijaga dengan baik, maka akan
terjadi suatu hubungan yang harmonis serasi dan selaras antara orang tua
dan kaum muda.mulai dari
sinilah dapat dilanjutkan ketingkat berikutnya yaitubersikap sopan
santun dan bertatakrama dengan baik yang muncul dari hati dan bukan
karena paksaan,bersopan santun dan bertatakrama dengan baik dapat
berjalan apabila timbulnya suatu rasa saling menghargai dan menghormati
antara sesama. Hal inilah yang bisa kita laksanakan dikehidupan kita
sehari-hari.
Dampak
dengan tidak adanya sopan santun dan tatakrama dapat menimbulkan
permasalahan yang lebih kompleks. Sebagai mana disebutkan diatas tadi,
yaitu bahwa bangsa Indonesia memiliki kepribadian yang luhur yang
terkenal akan keramah tamahannya. Bila hal ini ditanyakan pada saat ini
maka akan sangat sulit untuk menjawabnya. Apakah bangsa ini masih
merupakan bangsa yang disebutkan diatas tadi.
Secara tidak
langsung dengan kurangnya kita bersopan santun dan bertatakrama, jati
diri kita sebagai bangsa indonesia sudah mulai luntur. Inilah masalah
besar yang timbul dari hal sepele, perkara yang seharusnya
kitaperhatikan sejak kita masih kecil, hal yang seharusnya diajarkan
oleh para orang tua. Memang, masih banyak orang dari bangsa ini yang
masih menjunjung kesopanan dan tatakrama, tetapi lebih banyak lagi
orang-orang yang telah melupakan tentang tatakrama dan sopan santun
tersebut. Inilah persoalan yang mendasar yang menjadi permasalahan
bangsa indonesia saat ini. “Krisis jati diri” mungkin itu kata yang
tepat untuk menyebutkan situasi bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya
kata itu sangat menyakitkan hati bagi oarang-orang yang mau berfikir.
Bangsa ini merupakan bangsa yang berbudaya , namun bangsa ini kini telah
kehilangan jatu dirinya. Bangsa yang duluhebat karena budayanya, kini
telah rapuh dengan sendirinya. Persoalan inilah yang menimbulkan masalah
yang lebih besar dan mengerikan.
Akhir-akhir
ini banyak berita tentng budaya yang di klaim, ternyata itu adalah
budaya kita. Budaya bangsa ini yang telah di klaim oleh bangsa lain.
Budaya kita diaku-aku oleh negara tetangga. Inilah hal yang paling
Mengerikan yang ditimbulkan dari hal kecil yang bermula dari persoalan
tatakrama dan sopan santun. Hal tersebut kini menjadi momok yang
mengerikan bagi bangsa ini. Suatu bangsa yang dicuri kebudayaannya oleh
bangsa lain. Pertanyaannya adalah bangsa ini memiliki kebudayaan yang
memang benar-benar hebat sehingga negara lain ingin memilikinya, ataukah
bangsa ini kelebihan budaya sampai-sampai negara lain pun ingin
memilikinya. Inilah yang terjadi saat ini. Budaya Indonesia diklaim oleh
negara lain itulah kenyataan yang menghantui bangsa Indonesia saat ini.
Memang mencengangkan, berawal dari hal kecil yasitu dari brlaku sopan
santun dampak yang ditimbulkanya sangat besar, yaitu hilangnya budaya
bangsa ini sendiri, mau tidak mau itulah yang terjadi saat inipada
bangsa kita, bangsa Indonesia.
Semua ini
bisa diatasi apabila kita kembali kepada kita yang dulu. Kembali
mempelajari ajaran tatakrama para nenek moyang dahulu. Dan kita harus
mulai memperbaiki dari hal kecil dan mulai dari hal kecil. Kita harus
mulai dri sekarang, sebelum semuanya menjadi lebih parah. Kita
kembalikan dari kita lagi ke jati diri bangsa ini yang benar-benar
luhur. Kita mulai ajarkan sopan santun mulai dari anak-anak, sehingga
kelak akan muncu generasi-generasi yang beretika dan bangsa ini menjadi
bangsa yang kokoh kembali.
Semua itu
akan menjadi sia-sia bila tidak dilakukan secara bersama-sama. Bisa kita
ketahui bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang majemuk, bangsa yang
besar dengan keanekaragaman budaya nasyarakat adatnya. Itu memerlukan
usaha yang luar biasa hebat untuk menyatukannya. Inilah suatu kesulitan
proses yang dihadapi dalam prakteknya, lain ceritanya bila yang
melakukan langkah-langkah tersebut adalah pemerintah, yang memang
memilii wewenang akan kekuasaan. Hal ini akan mudah sampai di masyarakat
dengan baik.
Dari uraian
tersebut, tanggungjawab akan sopan santun dan tatakrama ini menjadi
milik bersama, bukan hanya orang dengan orang, melainkan melingkupi
seluruh aspek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Simpulan.
Dari semua uraian diatas, kita dapat mendapatkanmenarik kesimpulan dari masalah yang timbul yaitu:
- Anak-anak yang kurang peduli tentang sopan santun dapat diatasi dengan memberikan pendidikan tatakrama mulai dari kecil melalui langkah-langkah:
- Orang tua sebagai model.
- Mulai dari hal kecil
- Serta menjelaskan tujuanya.
- Mengenai permasalahan pemuda yang kurang memiliki etika itu disebabkan oleh tudak diberinya pengajaran sejak kecil, dan pengakuan dari orang tua bahwaantara orang tua dan kawula muda memiliki suatu tanggungjawab yang sama untuk saling menghormati dan menghargai.
- Tentang lunturya kepribadian dan budaya bangsa meripakan dampak dari tidak adanya sopan santun dan tatakrma alam kehidupan,maka dari itu kita harus selalu memupuk rasa saling menghormati dan menghargai untuk menimbulkan rasa bersopan santun dan tatakrama antar sesama.
- Mengenai budaya bangsa yang diklaim
oleh bangsa lain merupakan tanggungjawab kita bersama, sehingga kit
harus menjaga secara utuh mulai dari budayanya hingga sikapnya, karena
budaya menunjukan perwujudan dari sikap yang berdasar pada saling
menghormati dan menghargai sehingga terwujud suatu bentuk sopan santun
dan tatakrama yang baik. Indonesia adalah bangsa yang besar, yang terkenal akan budayanya yang ramah kepada setiap pendatang. Negara dimana asas saling menghormati dijunjung tinggi. Inilah negara dimana orang-orangnya saling toleran dan senan tiasa menjunjung tinggi kebersamaan.Mungkin itulah gambaran bangsa Indonesia beranad-abad yang lalu., sehingga bangsa barat ingin menguasai negara ini, negara yang selain orang-orangnya sopan, juga memiliki sumberdaya alam yang tak terkatakan. Berubah seratus delapan puluh derajad. Saat ini bangsa ini mngalami kemunduran yang luar biasa dalam bidang tatakrama dan sopan santun, yang sebenarnya justru itulah yang seharusnya menjadi ciri khas bangsa ini, kini hilang digerogoti oleh teknologi dan kemajuan jaman.Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945, merdeka dari para penjajah, benarkah itu? Kini secara tidak dsadar bangsa ini kembali dijajah, dijajah secara moral sehingga terkikis kebudayaan-nya, sehingga banyak orang dari bangsa ini lupa akan jati dirinya. Mereka melupakan kebudayaan dasarnya, yaitu kebudayaan yang bukan hasil karya semata melainkan hasil dari hati nurani bangsa ini yaitu tatakrama.Banyak para pemuda saat ini yang tidak lagi mempeerhatikan masalah tatakrama. Hal ini terbukti dengan banyaknya para pemuda yang tidak tahu tentang cara bersikap dengan orang secara baik dan benar, cara bertutur kata yang baik, dan cara berperilaku yang semestinya dilakukan oleh kawula muda. Jatidiri bangsa ini sudah mulai terkikis oleh jaman sehingga menimbulkan dampak yang besar seperti saat ini. Hal ini diperburuk lagi dengan tidak pedulinya para kawula muda tentang pentingnya tatakrama dan sopan santun dalam kehidupan.Rumusan masalah.
- Anak-anak jaman sekarang kurang peduli tentang tatakrama dan sopan santun.
- Banyak pemuda saat ini yang kurang memiliki etika.
- Lunturnya jati diri bangsa.
- Budaya bangsa yang di klaim oleh bangsa lain.
Pembahasan.
Pada
dasarnya orang tua sangat berperen penting dalam pembentukan etika pada
anak. Dan orang tua pula dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai
tersebut. Namun mengajarkan etika tidak bisa dilakukan hanya satu hari.
Hal ini membutuhkan proses yang cukup panjang dan haris dilakukan secara
konsisten dan berkesinambungan. Hal tersebut adalah suatu langkah awal
untik membentuk suatu generasi yang sadar diri terhadap tatakrama dan
sopan santun.
Kebanyakan
dari anak-anak kurang minat mengenai pelajaran yang behubungan dengan
sopan santun dan tatakrama. Anak-anak lebih menyukai pelajaran yang
mengandung tegnologi dan bersifat modern. Situasi yang banyak terjadi
adalah ada seorang anak yang sangat pandai dalam kemampuan akademisnya,
namun dalam hal bergaul ia kurang pandai, bahkan ia lebih suka
menyendiri daripad bermain dengan temn-temannya. Dari hal itubisa kita
lihat bahwa orang yang pandai belum tentu pandi dalam bergaul, uraian di
atas hanyalah contoh dalam pergaulan anak dengan teman-temannya. Bisa
dibayangkan bagaimana bila bukan hanya bergaul dengan teman sebaya,
tetapi harus masuk ke lingkungan yang lebih besar yaitu dalam
masyarakat, yang terdiri dari banyak orang dalam berbagai tingkat sosial
yang berbeda-neda dan usia yang berfareasi. Padahal kelak anak
tersebut akan terjun kedalam dunia tersebut.
Inilah suatu
gambaran mengenai kurang pedulinya para kawula muda dalamberlaku
tatakrama dan sopan santun dalam kehidupanya. Bila permasalahan tersebut
terjadi pada orang yang sudah dewasa maka akan sangat sulit untuk
diperbaiki, lain critanya bila sejak kecil anak-anak sudah diberi
pelajaran dan bimbingan mengenai tatakrama damn sopan santun. Karena
dalam masa anak-anak orangtuanyalah yang paling dekat dengan anak
tersebut. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar kelak
anak menjadi cerdas dalam bertatakrama:
- Orang tua sebagai model.
Sekali lagi,
pembentukan perilaku sopan santun sangat dipengaruhi lingkungan. Anak
pasti mencontoh perilaku orang tua sehari-hari. Tidak salah kalau ada
yang menyebutkan bahwa ayah/ibu merupakan model yang yepat bagi
anak-anak. Di sisi lain, anak dianggap sebagai sosok peniiiiru ulung.
Lantaran itu, orangtua sebaiknya selalu menunjukan sikap sopan santun.
Dengan begitu, anak pun secara otimayis akan mengadopsi tatakrama
tersebut. Perlu diketahui, pola pengajaran bertatakrana tentunya tidak
semata berupa nasihat, akan tetapi juga perlu contoh.
- Mulai dari kecil.
“Pengajaran”
tatakrama sebaiknya dimulai dari kehidupan sehari-hari dan dari hal
yang kecil. Anak dikenalkan mengenai aturan-aturan atau adab sopan
santun. Kelak kebiasaan-kebiasaan baik yang kadang luput dari perhatian
ini akan terus dilakukan hingga ia besar.
- Jelaskan tujuanya.
Mengajak
atau mengajarkan anak bersopan santun tidak perlu dengan cara keras.
Namun diupayakan dengan kelembutan sehingga anak betul-betul memahami
maksud dan tujuan beretiket, pada umumnya anak yang baik dan bisa
menghargai orang lain adalah anak yang tahu sopan santun. Sebagai sebuah
proses, bagaimanapun orangtua perlu sabar hingga anak mengerti dan
menerapkanya.
Bila
perkara-perkara tersebut dilaksanakan atau setidaknya diterapkan dalam
kehidupan berkeluarga, munculnya pemuda yang tidak memiliki etika dapat
dihindari. Namun apabila orang tua kurang memperhatikan anaknya, maka
hal itu akan sangat mudah terjadi. Para pemuda yang tidak memiliki
etika akan sangat membahayakan masa depan bangsa ini. Pemuda adalah
tulang punggung negara, maka apabila hal diatas terjadi maka masa depan
bangsa ini akan menunggu waktu akan kehancurannya.
Hal kecil
yang sangat disayangkan yaitu bahwa orang tua semata-mata hanya
menyalahkan para kawula muda, apabila terjadi suatu tindakan yang kurang
baik maka kawula mudalah yang akan menjadi kambing hitanmya. Pada
dasarnya semua hal yang terjadi adalah tanggungjawab semua pihak, yaitu
orang tua dan pemuda.
Permasalahan
yang sering muncul adalah banyak dri orang tua yang selalu merasa benar
dan selalu ingin dihormati dan mengabaikan kreaatifitas serta potensi
yang dimiliki anak muda. Hal ini menimbulkan bebagai persoalan khususnya
di dunia anak muda. Yang lebih parah lagi bukan hanya orang tua yang
memiliki anggapan buruk, tetai kawula muda pun juga memiliki anggapanya
sendiri. Yaitu bahwa anak muda juga merasa tudak dihargai dimata orang
tua. Hal ini merupakan salah satu faktor yang memicu munculnya para
pemuda yang kurang beretika.
Uraian
diatas merupakan persoalan kecil yang tidak setiap orang menyadarinya.
Dari persoalan kecil tersebut akan menimbulkan masalah yan lebih besar,
yaitu munculnya generasi yang tidak memiliki nilai tatakrama dan sopan
santun serta etika yang baik. Bila hal ini dipertanyakan kepada kedua
belah pihak yaitu antara pemuda dan orang tua, maka jaabannya akan
singkron saling menyalahkan. Sesungguhnya inilah hal penting yang harus
diperhatikan saat ini, yaitu saling mernadari bahwa kita harus saling
menghargai dan menghormati antara pemuda dan orang tua. Bila sikap
saling menghormati dan menghargaidapat dijaga dengan baik, maka akan
terjadi suatu hubungan yang harmonis serasi dan selaras antara orang tua
dan kaum muda.mulai dari
sinilah dapat dilanjutkan ketingkat berikutnya yaitubersikap sopan
santun dan bertatakrama dengan baik yang muncul dari hati dan bukan
karena paksaan,bersopan santun dan bertatakrama dengan baik dapat
berjalan apabila timbulnya suatu rasa saling menghargai dan menghormati
antara sesama. Hal inilah yang bisa kita laksanakan dikehidupan kita
sehari-hari.
Dampak
dengan tidak adanya sopan santun dan tatakrama dapat menimbulkan
permasalahan yang lebih kompleks. Sebagai mana disebutkan diatas tadi,
yaitu bahwa bangsa Indonesia memiliki kepribadian yang luhur yang
terkenal akan keramah tamahannya. Bila hal ini ditanyakan pada saat ini
maka akan sangat sulit untuk menjawabnya. Apakah bangsa ini masih
merupakan bangsa yang disebutkan diatas tadi.
Secara tidak
langsung dengan kurangnya kita bersopan santun dan bertatakrama, jati
diri kita sebagai bangsa indonesia sudah mulai luntur. Inilah masalah
besar yang timbul dari hal sepele, perkara yang seharusnya
kitaperhatikan sejak kita masih kecil, hal yang seharusnya diajarkan
oleh para orang tua. Memang, masih banyak orang dari bangsa ini yang
masih menjunjung kesopanan dan tatakrama, tetapi lebih banyak lagi
orang-orang yang telah melupakan tentang tatakrama dan sopan santun
tersebut. Inilah persoalan yang mendasar yang menjadi permasalahan
bangsa indonesia saat ini. “Krisis jati diri” mungkin itu kata yang
tepat untuk menyebutkan situasi bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya
kata itu sangat menyakitkan hati bagi oarang-orang yang mau berfikir.
Bangsa ini merupakan bangsa yang berbudaya , namun bangsa ini kini telah
kehilangan jatu dirinya. Bangsa yang duluhebat karena budayanya, kini
telah rapuh dengan sendirinya. Persoalan inilah yang menimbulkan masalah
yang lebih besar dan mengerikan.
Akhir-akhir
ini banyak berita tentng budaya yang di klaim, ternyata itu adalah
budaya kita. Budaya bangsa ini yang telah di klaim oleh bangsa lain.
Budaya kita diaku-aku oleh negara tetangga. Inilah hal yang paling
Mengerikan yang ditimbulkan dari hal kecil yang bermula dari persoalan
tatakrama dan sopan santun. Hal tersebut kini menjadi momok yang
mengerikan bagi bangsa ini. Suatu bangsa yang dicuri kebudayaannya oleh
bangsa lain. Pertanyaannya adalah bangsa ini memiliki kebudayaan yang
memang benar-benar hebat sehingga negara lain ingin memilikinya, ataukah
bangsa ini kelebihan budaya sampai-sampai negara lain pun ingin
memilikinya. Inilah yang terjadi saat ini. Budaya Indonesia diklaim oleh
negara lain itulah kenyataan yang menghantui bangsa Indonesia saat ini.
Memang mencengangkan, berawal dari hal kecil yasitu dari brlaku sopan
santun dampak yang ditimbulkanya sangat besar, yaitu hilangnya budaya
bangsa ini sendiri, mau tidak mau itulah yang terjadi saat inipada
bangsa kita, bangsa Indonesia.
Semua ini
bisa diatasi apabila kita kembali kepada kita yang dulu. Kembali
mempelajari ajaran tatakrama para nenek moyang dahulu. Dan kita harus
mulai memperbaiki dari hal kecil dan mulai dari hal kecil. Kita harus
mulai dri sekarang, sebelum semuanya menjadi lebih parah. Kita
kembalikan dari kita lagi ke jati diri bangsa ini yang benar-benar
luhur. Kita mulai ajarkan sopan santun mulai dari anak-anak, sehingga
kelak akan muncu generasi-generasi yang beretika dan bangsa ini menjadi
bangsa yang kokoh kembali.
Semua itu
akan menjadi sia-sia bila tidak dilakukan secara bersama-sama. Bisa kita
ketahui bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang majemuk, bangsa yang
besar dengan keanekaragaman budaya nasyarakat adatnya. Itu memerlukan
usaha yang luar biasa hebat untuk menyatukannya. Inilah suatu kesulitan
proses yang dihadapi dalam prakteknya, lain ceritanya bila yang
melakukan langkah-langkah tersebut adalah pemerintah, yang memang
memilii wewenang akan kekuasaan. Hal ini akan mudah sampai di masyarakat
dengan baik.
Dari uraian
tersebut, tanggungjawab akan sopan santun dan tatakrama ini menjadi
milik bersama, bukan hanya orang dengan orang, melainkan melingkupi
seluruh aspek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Simpulan.
Dari semua uraian diatas, kita dapat mendapatkanmenarik kesimpulan dari masalah yang timbul yaitu:
- Anak-anak yang kurang peduli tentang sopan santun dapat diatasi dengan memberikan pendidikan tatakrama mulai dari kecil melalui langkah-langkah:
- Orang tua sebagai model.
- Mulai dari hal kecil
- Serta menjelaskan tujuanya.
- Mengenai permasalahan pemuda yang kurang memiliki etika itu disebabkan oleh tudak diberinya pengajaran sejak kecil, dan pengakuan dari orang tua bahwaantara orang tua dan kawula muda memiliki suatu tanggungjawab yang sama untuk saling menghormati dan menghargai.
- Tentang lunturya kepribadian dan budaya bangsa meripakan dampak dari tidak adanya sopan santun dan tatakrma alam kehidupan,maka dari itu kita harus selalu memupuk rasa saling menghormati dan menghargai untuk menimbulkan rasa bersopan santun dan tatakrama antar sesama.
- Mengenai budaya bangsa yang diklaim oleh bangsa lain merupakan tanggungjawab kita bersama, sehingga kit harus menjaga secara utuh mulai dari budayanya hingga sikapnya, karena budaya menunjukan perwujudan dari sikap yang berdasar pada saling menghormati dan menghargai sehingga terwujud suatu bentuk sopan santun dan tatakrama yang baik. Aisyah Zahratul Mufidah 15321087
0 komentar:
Posting Komentar